Baje’, Warisan Alam Sungai Ele yang Mulai Dilirik Pasar

Desa Lompo Tengah, Barru – Di balik rindangnya pepohonan dan kejernihan Sungai Ele di Kecamatan Tanete Riaja, tersembunyi harta alam yang diwariskan secara turun-temurun: baje’, kerang air tawar yang menjadi bagian penting dari kehidupan warga Dusun Ele, Desa Lompo Tengah.

Tidak ada yang tahu pasti kapan pertama kali baje’ muncul di sungai ini. Namun dari kisah para orang tua, baje’ telah ada sejak puluhan tahun lalu, bahkan sebelum hadirnya jalan beraspal dan listrik di desa tersebut.

Setiap musim kemarau tiba, air sungai surut dan menjadi jernih. Inilah waktu terbaik untuk mencari baje’. Warga, khususnya ibu-ibu dan anak-anak, menyusuri sungai dengan tangan meraba dasar pasir, mencari kerang ini dengan naluri dan kesabaran. Kini, proses pencarian ini banyak dilakukan oleh penyelam lokal yang rela menghabiskan waktu 3–4 jam untuk mengumpulkan satu ember penuh baje’ berkualitas.

Baje’ bukan cuma kerang, tapi rasa kampung halaman dan sumber penghidupan musiman,” ujar Putri, salah satu penjual baje’ dari Dusun Ele. Ia menjajakan baje’ seharga Rp5.000 per bungkus di pinggir Jalan Poros Barru–Soppeng, tepatnya di Dusun Ele.

Menurutnya, kendala terbesar saat ini adalah kurangnya informasi di luar desa terkait keberadaan baje’ ini. “Kami berharap lewat media dan dukungan aparat, pembeli dari luar desa bisa tahu dan datang langsung. Karena ini bisa bantu ekonomi warga,” jelasnya.

Baje’ umumnya dimasak dengan santan dan cabai, atau dibuat sate. Rasanya gurih dan khas. Bahkan, baje’ pernah menjadi juara tingkat provinsi dalam lomba PMT Stunting berbasis pangan lokal.

Kepala Desa Lompo Tengah, Arifuddin Pabiseang, mengungkapkan bahwa keberadaan baje’ adalah berkah. “Baje’ hanya ditemukan di Sungai Ele, dan beberapa tahun terakhir ini sudah berkembang ke Botto-Botto dan Lisu, yang masih satu aliran dengan Sungai Ele,” ujarnya kepada awak media di kutip oleh salah satu media

Namun ia juga mengingatkan bahwa keberlangsungan baje’ terancam oleh limbah rumah tangga dan praktik penangkapan ikan yang merusak ekosistem, seperti menggunakan racun atau setrum.

Kami sedang bahas Perdes bersama BPD tentang perlindungan Daerah Aliran Sungai. Ada juga program penghijauan, pelarangan tua ikan, dan penebaran benih ikan,” kata Arifuddin. Kini, telah terbentuk Kelompok Nelayan Air Tawar Corawali Mallemba untuk menjaga kelestarian sungai.

Pada Minggu, 20 Juli 2025 pukul 14.00 WITA, masyarakat Dusun Ele menggelar kegiatan pemasaran langsung baje’ di pinggir jalan. Tujuannya sederhana: mengenalkan baje’ ke masyarakat luar desa dan membangkitkan ekonomi lokal.

Karena baje’ bukan sekadar makanan. Ia adalah identitas, warisan budaya, dan simbol hidupnya Sungai Ele yang jernih dan alami.

Kontributor : Furqan

Posting Komentar untuk "Baje’, Warisan Alam Sungai Ele yang Mulai Dilirik Pasar"