OPINI : Sistem Pertanian Tak Konservatif, Ancaman Banjir Musiman, Potensi Hilangkan Pradaban Kabupaten Barru

 (Foto : Ir. Agus Zainal M.Si Pemerhati Pertanian dan Lingkungan Hidup)


BARRU - kibarbarru.com OPINI - Beberapa bulan terakhir saya melihat susulan penomena yang terjadi di kabupaten Barru terkhusus persoalan Banjir , saya merasakan kondisi lingkungan hidup kita sudah tergerus dari akibat pembabatan hutan disertai pembukaan lahan pertanian yang massif disertai maraknya pembangunan perumahan yang mengikis sedikit demi sedikit lahan persawahan.

Apalagi Barru salah satu daerah yang menyuplai material tanah merah serta sirtu untuk percepatan pembangunan akses rel kereta Api trans Sulawesi, ratusan kubik material Alam kita digerus keluar tiap harinya untuk pembangunan sarana dan bangunan, belum lagi sistem tekhnologi pertanian yang tidak konservatif.

Tambang Galian C menjadi bulan bulanan warga menimbulkan kerusakan jalanan bahkan sampai diduga mengakibatkan banjir seperti yang terjadi di Kecamatan Mallusetasi beberapa hari yang lalu.

Padahal menurut hemat saya tambang merupakan Faktor kesekian terjadinya banjir   , bahkan banjir ada yang menyatakan bahwa ini sudah musiman sehingga tak perlu terlalu di persalahkan, apakah Banjir yang melanda Barru bahkan daerah lainnya di Sulsel dikarenakan hujan musiman?

ini perlu difikirkan secara mendalam, pertama Jumlah bendungan kita di kabupaten barru berapa? kenapa tak mampu mengendalikan air sehingga pada akhirnya di musim hujan kelebihan air sedangkan di musim kemarau mengalami kekeringan, ini di karenakan adanya penumpukan sedimentasi yang mempengaruhi kedalaman bendungan yang sudah berubah dari kapasitas penampungannya.

Perkara selanjutnya akibat massifnya pembukaan lahan pertanian dan perkebunan di pegunungan yang tidak konservatif , penebangan pohon dimana mana hingga ketika intensitas hujan tinggi maka potensi daya serapan air ke air bawah tanah minim, semua mengalir di atas permukaan yang mengakibatkan sungai tak mampu menampung debit air yang meningkat, semua material batu dan tanah terbawa arus ke sungai dan pemukiman yang mengakibatkan sungai kita juga mengalami pendangkalan.

Akibatnya, air menggenangi pemukiman warga dan persawahan sehingga menimbulkan keresahan dan pertanian kita menghampiri gagal panen tiap tahunnya di musim Hujan, beberapa akses jalan mengalami longsor akibat tergerus dari arus deras air yang berasal dari gunung, belum lagi air yang berada di bawah tanah tak mampu menekan resapan air laut masuk ke daratan yang mengakibatkan muara sungai terancam hingga ke pesisir pantai.

Sehingga tanpa ada penanganan hingga upaya kita untuk melakukan langkah demi kelangsungan pradaban kita di kabupaten barru , di butuhkan perbaikan sistem tekhnologi pertanian kita, ini bukan hanya kewajiban pemerintah, namun kewajiban kita semua utamanya para petani yang harus menyadari tentang pentingnya perbaikan sistem pertanian kita, ketika sistem pertanian kita bagus maka lebih meningkatkan ekonomi pertanian hingga menyelamatkan kita dari bencana.

Apalagi Barru hari ini salah satu daerah potensial penyangga ibu kota baru, kita memiliki potensi pelabuhan dengan kedalaman standar internasional, barru akan mendapatkan dampak positif perekonomian disaat kalimantan menjadi ibu kota, namun ketika konsep pertanian kita tak di benahi secara sistem maka akan menimbulkan malapetaka yang justru akan melebur peradaban, diantaranya bangunan pemerintahan, pemukiman, hingga pasilitas umum seperti rel kereta api trans Sulawesi yang akan di dorong oleh derasnya arus air dari gunung.

Mari kita otak-atik fakta kasat mata diwilayah kita kab Barru. (1) Sebagian besar wilayah daratannya berbukit dan bergunung, (2) Terdapat lebih dari satu DAS (Daerah Aliran Sungai) yang muaranya terpengaruh dengan pasang surut air laut sampai ratusan bahkan ribuan meter  dari muara pada wilayah datar kurang lebih 0 - 1 m DPL, (3) Presipitasi (Curah hujan) pada musim penghujan, durasi dan intensitas relatif tinggi, (4) Kecenderungan Masyarakat di daerah Hulu (upstream) melakukan ekstensifikasi usahatani musiman pada areal berlereng terjal dan sebagian besar belum menerepkan sistem pertanian dengan teknologi  konservasi tanah dan air.

maka dari itu ada beberapa yang saya urai secara singkat terkait tulisan ini yaitu : 

Tekhnologi Konservasi Tanah dan Air

Konservasi tanah dan air, juga biasa dikatakan sebagai pengawetan tanah dan air. Sehingga teknologi konservasi tanah dan air bermakna suatu ilmu atau pengetahuan yang diterapkan pada pemanfaatan tanah dan air agar awet, lestari. Dapat diwariskan pada anak cucu kita.

Suatu lahan yang didalamnya ada tanah, dan air seyogianya kita manfaatkan secara bijak, agar kedua pendukung utama kehidupan mahluk hidup ini dapat terus dimanfaatkan secara berkelanjutan dan dapat diwariskan pada generasi kita.
Pemanfaatan tanah untuk pertanian atau usahatani semusim  pada lahan terjal atau curam sangat beresiko terjadi kerusakan tanah, bila tidak menerapkan kaedah- kaedah konservasi tanah dan air.

Kerusakan tanah adalah akibat erosi.
Erosi tanah terjadi sebagai akibat oleh terpaan air hujan lahan2 pertanian yang gundul dan terjal curam. Air hujan menerpa langsung permukaan tanah gundul yang miring, sehingga terjadi tumbukan dan menyebabkan erosi percik (splash erosion), parrtikel size tanah halus seperti liat (clay) dan debu (silt) terpercik sehingga menutup pori makro maupun mikro permukaan tanah, sehingga kesempatan terjadinya penyerapan air masuk ke dalam tanah (infiltrasi) untuk pengisian cadangan air bawah tanah (ground water recharge) terganggu bahkan pada akhirnya tertutup. 
Sehingga air hujan yang jatuh ke permukaan tanah tersebut menjadi aliran permukaan (run off) mengikuti gaya gravitasi bumi (mengalir ke tempat yang lebih rendah sambil menggerus permukaan tanah menjadi sheet errosion. Berkembang seterusnya  menjadi erosi parit (gully errosion). Material tanah halus, pasir(sand), debu(silt), dan liat (clay) yang tercampur dan larut pada air terus terangkut hingga masuk ke badan2 air alami (sungai, danau, telaga) atau badan air rekayasa manusia seperti bendungan, check dam, embung. Output lahan yang tererosi adalah lahan2 tandus, atau kritis.

Pendangkalan sungai akibat sedimentasi
Material yang terbawa oleh run off

Tentu akan diendapkan pada akhir kecepatan aliran sebagai sedimen, terutama pada sungai. Semakin tingginya erosi pada daerah hulu tentu berbanding lurus dengan sedimen yang terbentuk pada badan air seperti sungai, sehingga terjadi pendangkalan sungai. Debit run off yang tinggi sediment  akan bertumpuk pada tengah sungai (terutama sungai lebar dan kecepatan alir semakin menurun). Volume air berikutnya akan menabrak dinding2 sungai sehingga terjadi erosi tebing sungai.

Berlanjut transport material terus sampai di outlet ( muara sungai) dan seterusnya mencemari perairan sekitarnya, tingkat kekeruhan air laut pesisir tinggi dan berdampak buruk pada ekosistem perairan.
Bila terjadi pendangkalan sungai, resapan air hujan juga telah rusak pada daerah hulu. Maka volume air hujan yang jatuh di permukaan DAS Daerah Aliran Sungai, ditambah lagi kondisi air laut sedang Pasang. Maka  semua air akan menumpuk pada daerah hilir sebagai BANJIR.

Kerusakan ekologi sungai

Sedimentasi, pendangkalan , kekeruhan sungai berdampak buruk pada ekosistem perairan sungai, flora dan fauna yang ada pada aliran sungai terdegradasi.

Selamatkan masa depan petani akibat lahan kritis

Penerapan teknologi konservasi tanah dan air, secara cepat memerlukan biaya yang tinggi. Di sisi lain petani kita kemampuan ekonominya sangat terbatas. Etos kerja petani di daerah hulu untuk melakukan ekstensifikasi pertanian kasat mata sangat tinggi. Sehingga ada kecenderungan setiap petani berlomba-lomba memperluas lahan usahatani musimannya.

Bahkan lahan2 curam juga sudah banyak diusahakan, dan nampak terus berkembang. Bila tanpa tindakan konservasi tanah dan air pada lahan mereka, maka ujung2nya lahan mereka menjadi lahan kritis.  Usaha tani mereka tidak produktif. Masyarakat tentu akan mencari pekerjaan di daerah lain sebagai perantau, atau ke kota2 untuk bekerja sebagai buruh, atau pekerjaan2 serabutan, bahkan tidak menutup kemungkinan berkembangnya masalah sosial di perkotaan)
 
Rusaknya ekosistem Perairan

Air Hujan yang jatuh ke permukaan DAS, tentunya sebagian besar akan kembali ke laut, mengikuti siklusnya. Karena Outlet Sungai yang ada di Barru adalah laut. Bila air sungai membawa sedimen tentu akan sampai ke perairan pantai kita dan mencemasi ekosistem pantai. Kondisi ini akan berdampak buruk pada trumbu karang, maupun flora dan fauna lain dalam ekosistem perairan kita. Kondisi ini dapat dijelaskan oleh orang yang paham tentang pengaruh sedimentasi air sungai terhadap biota perairan.

DAS sebagai bagian dari suatu sistem Hidrologi merupakan batasan yang perlu dipahami bersama bagi semua stakeholder, pengambil kebijakan. Agar pengelolaan wilayah Barru tidak tumpang tindih dalam penyusunan program, proyek atau apapun aktifitas yang diimplementasikan pada suatu DAS tertentu.

Seperti itulah uraian saya mengenai penomena yang terjadi dan dampak untuk kedepan sehingga perlu untuk para stake holder kita duduk bersama serta di dukung masyarakat kita untuk melakukan langkah konkrit demi kelangsungan hidup kota Hibrida yang maju dan sejahtera.

Salam Lestari

Penulis : Ir. Agus Zainal M.Si

Tag : #BARRU

Posting Komentar untuk "OPINI : Sistem Pertanian Tak Konservatif, Ancaman Banjir Musiman, Potensi Hilangkan Pradaban Kabupaten Barru"