Menghadapi Ancaman Kekeringan, Ketahanan Pangan Harus Dilengkapi dengan Pengelolaan Sumber Daya Alam yang Berkelanjutan

Menghadapi Ancaman Kekeringan, Ketahanan Pangan Harus Dilengkapi dengan Pengelolaan Sumber Daya Alam yang Berkelanjutan

Opini oleh Fahrul Islam, Ketua PB Kesatuan Aktivis Barru

Di tengah gencarnya program pemerintah yang dicanangkan dari pusat, provinsi, hingga daerah untuk mengoptimalkan ketahanan pangan warga, ancaman kekeringan berpotensi menjadi hambatan besar dalam merealisasikan cita-cita swasembada pangan. Besarnya dana yang digelontorkan pemerintah demi mewujudkan ketahanan pangan menjadi fokus perhatian, namun dengan segala semangat yang membara dari semua unsur masyarakat, kita tak boleh mengabaikan tantangan besar yang ada di depan mata.

Sebagaimana kita ketahui, program ketahanan pangan ini tidak hanya berfokus pada peningkatan produksi pertanian, perkebunan, Peternakan, serta perikanan, tetapi juga pada kesejahteraan masyarakat yang bergantung pada sektor-sektor tersebut. Namun, di tengah perjalanan program ini, potensi krisis air akibat musim kemarau semakin mengancam, terutama menjelang pertengahan bulan Juli hingga Agustus. Pada masa inilah, musim kemarau yang panjang mulai menggigit, sementara ketersediaan air yang cukup untuk lahan pertanian semakin terbatas.

Sulawesi Selatan (Sulsel) khususnya menjadi sorotan, mengingat beberapa daerahnya masih belum memiliki sumber air yang memadai melalui sistem irigasi atau bendungan yang dapat menyuplai kebutuhan air untuk pertanian secara berkelanjutan. Keadaan ini menciptakan dilema antara upaya peningkatan produksi pangan dan kebutuhan untuk menjaga ketersediaan air yang terbatas.

Namun, kita tidak bisa hanya berpangku tangan dan mengandalkan musim hujan untuk mengatasi masalah ini. Solusi jangka panjang yang harus segera diperhatikan adalah ketahanan dan manajemen air yang efektif. Salah satu langkah penting yang harus dilakukan adalah melakukan rehabilitasi dan meremajakan pepohonan di kawasan hutan, yang sangat vital dalam menjaga ekosistem dan ketersediaan air. Peran hutan sebagai "penyimpanan air alami" harus kembali dioptimalkan demi keberlanjutan pertanian di masa depan.

Seiring dengan itu, kita juga harus memikirkan kembali obsesi ekonomi jangka pendek yang seringkali mengabaikan keseimbangan ekologi. Salah satu contohnya adalah semakin gencarnya pertanian hortikultura seperti jagung, yang mengakibatkan banyaknya lahan yang dulunya rimbun dan penuh dengan pepohonan, kini menjadi gundul hanya demi mengejar keuntungan ekonomi. Keputusan seperti ini bisa berdampak buruk bagi keberlanjutan ekosistem yang ada. Ketika musim hujan datang, dampaknya adalah banjir dan longsor, sementara saat musim kemarau tiba, lahan pertanian mengalami kekeringan parah.

Oleh karena itu, saatnya kita merefleksikan dan membangun ketahanan pangan bukan hanya dari aspek ekonomi semata, tetapi juga dengan mempertimbangkan kelestarian lingkungan. Kita harus mengelola hutan dengan baik, menjaga keberlanjutannya, serta melakukan penanganan intensif terhadap pengelolaan sumber daya alam agar fungsi hutan sebagai penyimpan air bisa kembali terjaga. Tanpa langkah ini, program ketahanan pangan nasional yang kita harapkan bisa sukses akan terus menghadapi tantangan besar.

Keberlanjutan hutan harus menjadi bagian integral dari kebijakan ketahanan pangan, karena lingkungan yang terjaga adalah kunci bagi keberlanjutan produksi pertanian yang lebih efektif dan efisien. Dalam menghadapi tantangan kekeringan, mari kita belajar dari pengalaman sebelumnya, dan berkomitmen untuk memperbaiki dan mengelola alam dengan bijaksana demi masa depan yang lebih baik, baik untuk ketahanan pangan, maupun untuk generasi yang akan datang.

Fahrul Islam
Ketua PB Kesatuan Aktivis Barru

Posting Komentar untuk "Menghadapi Ancaman Kekeringan, Ketahanan Pangan Harus Dilengkapi dengan Pengelolaan Sumber Daya Alam yang Berkelanjutan"